Lima asosiasi itu menilai ada kegelisahan yang perlu disampaikan untuk dapat disalurkan secara terbuka terkait dengan rencana dan rancangan istana negara yang nantinya akan menjadi representasi dari citra Indonesia dan menjadi dasar atas perkembangan peradaban Indonesia dalam kancah dunia.
Setelah memperhatikan gambar-gambar rancangan istana negara anyar itu, asosiasi mengritik rancangan tersebut. "Bangunan istana negara yang berbentuk burung Garuda atau burung yang menyerupai Garuda merupakan simbol yang di dalam bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital dengan visi yang berkemajuan, era bangunan emisi rendah dan pasca Covid-19," tulis mereka.
Asosiasi menilai bangunan gedung istana negara seharusnya merefleksikan kemajuan peradaban/budaya, ekonomi dan komitmen pada tujuan pembangunan berkelanjutan negara Indonesia dalam partisipasinya di dunia global.
Di samping itu, bangunan gedung istana negara seharusnya menjadi contoh bangunan yang secara teknis sudah mencirikan prinsip pembangunan rendah karbon dan cerdas sejak perancangan, konstruksi hingga pemeliharaan gedungnya.
Menurut lima asosiasi tersebut, metafora gedung istana negara di ibu kota baru dengan bentuk burung garuda, terutama yang dilakukan secara harafiah dan keseluruhan dalam dunia perancangan arsitektur era teknologi 4.0 adalah pendekatan yang mulai ditinggalkan. Sebab, hal itu menunjukkan ketidakampuan menjawab tantangan dan kebutuhan arsitektur hari ini dan masa mendatang.
BISNIS | CAESAR AKBAR
Baca: Soal Desain Istana Negara Burung Garuda di Ibu Kota Baru, PUPR: Belum Final