TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ditemani Wabup Klaten Yoga Hardaya dan Pemimpin Wilayah Bulog Jateng Miftah Ulum melakukan peninjauan ke Gudang Bulog Banaran Delanggu Klaten pada Senin, 29 Maret 2021.
Ganjar menyebutkan banyak stok beras yang ndongkrok alias mangkrak sebab pendistribusiannya tidak lancar sedangkan penyerapan beras dari petani terus dilakukan.
“Ini diserap terus, tidak dikeluarkan. Paling keluar rutin dari Bulog hanya untuk bencana atau operasi pasar. Jadi mohon maaf, kalau tidak ada bencana atau harga stabil dan tidak ada operasi pasar, ya ndongkrok,” kata Ganjar saat melihat stok beras di gudang Bulog tersebut, seperti dikutip Tempo dari laman Pemerintah Provinsi Jateng, Selasa 30 Maret 2020.
Ganjar menuturkan, mestinya, tingginya serapan beras oleh Bulog harus didukung oleh kebijakan pendistribusian. Sebab, saat ini Bulog hanya dituntut untuk menyerap beras dari petani namun tidak ada jalur untuk melakukan pendistribusian ke masyarakat.
Program beras miskin atau raskin yang menjadi jalur pendistribusian beras Bulog juga telah ditiadakan. Dengan begitu menurut Ganjar fungsi Bulog jadi kurang optimal, di satu sisi Bulog diminta untuk menyerap gabah dari petani namun pendistribusiannya tidak banyak dan hanya untuk stok saja.
Untuk itu Ganjar Pranowo mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membuat kebijakan baru guna membantu Bulog menyerap gabah petani serta membuka pintu pendistribusian sehingga stok tidak ndongkrok atau mangkrak di gudang. “Kalau sistemnya ndak dirubah, sudah pasti serapan Bulog nggak bisa bagus. Dampaknya harga petani pasti rendah karena betul-betul menggunakan mekanisme pasar dan diadu dengan pasar,” tegasnya.
“Saya ke sini untuk melihat proses serapan, karena bulan April ini kita sedang peeks-nya panen raya. Teman-teman di Bulog ini sudah mulai serap, tapi kalau kita bicara produksi kita, hari ini sangat melimpah. Maka penting memastikan gabah petani dibeli dengan harga di atas HPP atau minimal sama dengan HPP,” kata Ganjar.
Miftahul Ulum mengatakan, serapan beras di Bulog Jawa Tengah hingga saat ini tertinggi nomor dua di Indonesia dengan 27.100 ton beras di bawah Bulog Sulawesi Selatan. “Sampai hari ini kita menyerap 27.100 ton hampir 30 ribu ton. Kita nomor dua di Indonesia di bawah Sulawesi Selatan,” ujarnya. Ganjar menanggapi bahwa serapan Bulog itu masih terlalu kecil. Padalah, saat ini Jateng memasuki musim panen raya. Menurut laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan, sejak Januari-Mei ini Jateng sudah surplus 1,6 juta ton.
Bulog Jawa Tengah ditargetkan untuk menyerap beras sebanyak 204.000 tahun 2021, terkait target tersebut Miftahul Ulum mengatakan, pihaknya optimis minimal 89 persen tercapai, “Kami optimis itu tercapai, minimal di atas 80 persen dari target. Tapi kami berharap bisa melebihi target,” katanya.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Presiden Jokowi Sebut 3 Tahun Kita Tak Impor Beras, Yuk Intip Data BPS