Faisal mengatakan perencanaan dan operasi harus terpusat, bukan seperti sekarang yang terlalu banyak satgas. Misalnya saja satgas percepatan vaksin, satgas percepatan penurunan kasus di delapan daerah dengan kasus tertinggi, dan sejenis satgas lainnya.
"Orangnya itu-itu saja," kata Faisal. "Tak boleh setiap pejabat sesuka hati menyampaikan pandangan subyektifnya. Hanya ada satu juru bicara perang."
Ia mengingatkan bahwa sudah sedemikian banyak kesempatan emas terlewatkan akibat salah urus, salah diagnosis, perilaku meremehkan, dan kebijakan-kebijakan keliru serta tambal-sulam selama pandemi Covid-19 ini. Karena itu, ini adalah saatnya pertimbangan ahli serta data yang akurat dan kredibel jadi acuan.
"Kini kita sedang menapaki masa kritis. Walaupun jumlah kasus harian dalam beberapa minggu terakhir menunjukkan penurunan signifikan, masih mungkin terjadi ledakan kasus baru," kata Faisal.
Selain itu, testing dan pelacakan kontak, menurut dia, perlu terus digencarkan untuk mengurangi risiko itu. Pasalnya, ratusan tenaga kesehatan telah tiada dan sumber daya kian terbatas.
"Rakyat sudah lelah dengan berbagai pembatasan sosial. Kesalahan fatal bakal membuat pemulihan semakin panjang. Vaksinasi yang sudah mulai berjalan tidak boleh membuat kita melonggarkan kewaspadaan," ujar Faisal Basri.
Baca: Pemerintah Bakal Impor Beras, Faisal Basri: Tak Ada Halilintar, Tak Ada Guruh