Lebih jauh Hasan menyebutkan, banyaknya garam rakyat yang tidak terserap secara tak langsung menjatuhkan harga jual Rp 300 - Rp 350 per kilogram di tingkat petani. Akibatnya, lahan garam yang terbengkalai yakni mencapai 10 - 15 persen dari total luas lahan garam nasional 26.000 hektare, khusus di Jawa Timur seluas 11.000 hektare.
Sebagai gambaran, produksi garam nasional pada 2019 mencapai 2,9 juta ton dan di wilayah Jawa Timur saja mencapai 1,1 juta ton. Sedangkan pada 2020, produksi garam nasional turun akibat cuaca yakni mencapai 1,7 juta ton, dan khusus Jatim sebanyak 900.000 ton.
“Untuk tahun ini kalau cuaca baik tidak menutup kemungkinan produksinya akan naik menjadi 3 juta ton secara nasional, dan di Jatim proyeksinya sekitar 1,2 juta ton,” kata Hasan.
Lebih jauh Hasan berharap pemerintah serius menangani tata niaga garam, salah satunya dengan usulan agar membuat one gate system distribusi yakni dengan menugaskan PT Garam sebagai buffering stock. "Semacam Bulog yang melakukan penyerapan, pengawasan dan pendistribusian ke pasar, dengan harga yang diatur dengan HPP yang pernah kami usulkan Rp 1.500 per kg agar petani tidak rugi."
Petambak garam rakyat, kata Hasan, telah berupaya meningkatkan mutu produksi dari tahun ke tahun agar dapat memenuhi standar kebutuhan garam industri. Saat ini setidaknya sudah 30 persen produksi garam rakyat sudah bisa memenuhi mutu industri.
BISNIS
Baca: Susi Pudjiastuti Wanti-wanti soal Impor Garam: Nanti Harga Petani Hancur Lagi