TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China menyatakan bakal terus mengakselerasi pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung untuk mengejar target penyelesaian di tahun 2022. Ihwal adanya kendala dan perubahan di lapangan, perseroan mendorong semua kontraktor untuk mencari solusi efektif agar persoalan dapat teratasi.
"Melalui monitoring rutin mingguan, progres pembangunan dan percepatan yang dilakukan dapat terpantau dan direspon sesegera mungkin, agar target pekerjaan dapat dipenuhi," ujar Sekretaris Perusahaan KCIC Mirza Soraya dalam jawaban tertulisnya kepada Tempo, Rabu, 24 Maret 2021.
Baca Juga: Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Membengkak, Apa Saja Pemicunya?
Mirza berujar berbagai program pembangunan dilakukan perseroan, termasuk pengerjaan sarana dan prasarana lain untuk menunjang operasional kereta cepat Jakarta-Bandung. Untuk mengejar target penyelesaian, kata dia, percepatan progres di setiap titik dilakukan secara komprehensif, sehingga akselerasi pembangunan proyek tersebut bisa terwujud.
"High Speed Railway Contractor Consortium (HSRCC), KCIC, beserta pemanufaktur sarana dan prasarana terkait, dengan didampingi oleh KAI sedang merumuskan check list untuk semua sub-sistem yang dibutuhkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, baik itu terkait EMU, railway system maupun operasional," kata Mirza.
Guna mempersiapkan operasional KCJB, saat ini perseroan tengah melakukan workshop pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk bagian operasional dan Maintenance dari setiap subsistem.
"Jajaran Direksi PT KCIC secara kontinyu terus melakukan koordinasi dan konsolidasi internal dan eksternal agar pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini bisa berjalan sesuai target," ujar Mirza.
Sebelumnya, biaya pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dikabarkan membengkak akibat munculnya berbagai kebutuhan yang tidak diprediksi pada awal proyek. Anggaran dadakan yang muncul antara lain akibat kenaikan biaya pembebasan lahan dan perubahan harga pada saat pengerjaan proyek.
Sumber Tempo yang mengetahui perencanaan proyek itu mengatakan dalam evaluasi atas seluruh aspek proyek tersebut ditemukan pembengkakan biaya alias cost overrun yang mencapai 23 persen dari nilai awal yang besarnya mencapai 23 persen dari nilai awal yang besarnya US$ 6,071 miliar.
"Hitungan ini masih bergerak karena harus dikonfirmasi lagi," kata dia kepada Tempo, Senin, 22 Maret 2021. Cost overrun muncul, menurut dia, karena ada beberapa perhitungan dalam beberapa perhitungan dalam studi kelayakan yang tidak akurat.
Studi kelayakan dari proyek strategis nasional itu disebut belum mencantumkan penjadwalan akuisisi lahan, sehingga penyelesaiannya sulit diprediksi. Padahal, pembebasan lahan kerap di Indonesia kerap terhambat isu sosial yang bisa berimbas kepada durasi pengerjaan proyek.
"Tidak bisa hanya memberi duit, lalu lahan langsung dilepas," kata dia. Seiring dengan waktu proyek yang molor akibat sempat terhambatnya pembebasan lahan, harga-harga barang terus naik.
Meski tidak merinci besarannya, sumber tadi menuturkan beban proyek membesar karena penentuan trase yang kurang matang, sehingga bersinggungan dengan berbagai fasilitas umum dan sosial yang harus direlokasi. "Ini faktor langsung. Belum termasuk faktor tidak langsung seperti penangguhan selama masa pandemi, meski pengaruhnya kecil sekali."
CAESAR AKBAR | YOHANES PASKALIS