TEMPO.CO, Jakarta - Ada banyak dompet digital di Indonesia yang menyediakan jasa transaksi secara elektronik untuk mempermudah konsumen dalam pembayaran tanpa harus menggunakan uang tunai.
Perubahan sosial masyarakat terhadap penggunaan uang dari tunai dan perlahan beralih ke uang elektronik atau biasa disebut e-money tak lepas dari peran pengembang dompet digital.
Sebagian masyarakat kini merasa lebih nyaman bila menggunakan uang elektronik, karena selain lebih mudah dan cepat, juga tentunya lebih aman. Data menunjukkan transaksi menggunakan dompet digital terus meningkat dari tahun ke tahun.
Bahkan, dalam situasi pandemi covid-19, transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap tumbuh tinggi. Pembatasan kegiatan pada masa pandemi justru mendorong masyarakat untuk belanja online atau daring.
Tren meningkatnya belanja online membawa dampak positif pada meluasnya pembayaran digital dan akselesari digital banking.
Data Bank Indonesia menunjukkan nilai transaksi uang elektronik pada Februari 2021 lalu tercatat sebesar Rp 19,2 triliun atau tumbuh 26,4 persen year on year.
Demikian pula dengan volume transaksi digital banking yang mencapai 464,8 juta transaksi dengan nilai transaksi yang menembus Rp 2.547,5 triliun atau tumbuh 22,9 persen year on year pada Februrai 2021 lalu.
Mengacu pada pertumbuhan yang mengesankan itu, Bank Indonesia memprediksi tren digitalisasi ini akan terus meluas seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, inovasi, serta perluasan dan penguatan ekosistem digital.
Riset terbaru Neurosensum menggambarkan masyarakat Indonesia semakin terbiasa dengan dompet digital. Responden riset menunjukkan bahwa mereka lebih memilih dompet digital sebagai medium transaksi.
Menurut riset Neurosensum, dompet digital perlahan mulai menggantikan peran uang tunai, termasuk kartu debit dan bahkan kartu kredit.
Dari riset yang dirilis awal Maret 2021 itu terungkap pula betapa ketatnya persaingan dompet digital di Indonesia dalam menjaring pengguna dan memperluas penetrasi pasar.
Neurosensum mencari tahu tren penggunaan dompet digital pada 1.000 responden di 8 kota besar selama 3 bulan, sejak November 2020 hingga Januari 2021. Hasilnya, riset ini memaparkan tentang pangsa pasar 5 dompet digital terbesar.
1. ShopeePay
Penetrasi pasar 68 persen. Tertinggi dibanding dompet digital lain. Selain bisa menggunakan uang tunai ketika cash on delivery atau COD dan transfer melalui rekening bank, ketika berlanja di Shopee Anda juga bisa menggunakan ShopeePay, untuk melakukan transaksi pembayaran yang lebih mudah, aman dan cepat. ShopeePay juga bisa Anda gunakan di merchant-merchant yang sudah bekerja sama dengan Shopee untuk melakukan pembayaran secara elektronik.
2. OVO
Penetrasi pasar 62 persen. Ovo pertama kali diluncurkan oleh Group Lippo, LippoX di bawah lisensi PT Visionet Internasional 4 tahun lalu pada Maret 2017, merupakan produk layanan dompet digital yang bisa Anda gunakan untuk transaksi di sejumlah mitra, seperti aplikasi penyedia jasa transportasi dan pengantaran seperti Grab.
3. DANA
Penetrasi pasar 54 persen. Sebagian besar masyarakat mungkin sudah tidak asing lagi dengan aplikasi DANA, layanan sistem pembayaran uang elektronik, dompet elektronik, transfer dana, serta layanan transaksi lainnya, berbasis seluler yang dapat digunakan melalui Smartphone.
Dompet digital hasil pengembangan PT Espay Debit Indonesia Koe atau EDIK tentunya sudah tidak diragukan lagi keamanannya karena sudah memegang lisensi resmi dan juga sudah mendapatkan izin Uang Elektronik, Dompet Elektronik, Transfer Dana, dan Layanan Keuangan Digital atau LKD dari Bank Indonesia. Bagi pengguna Samsung Pay, DANA merupakan salah satu opsi yang bisa dipilih untuk jadi dompet digital.
4. Gopay
Penetrasi pasar 53 persen. Pengguna Gojek pasti tidak asing lagi dengan Gopay, alat pembayaran elektronik yang diluncurkan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa untuk mempermudah transaksi di aplikasi Gojek. Dulunya Gopay diberi nama Go Wallet, produk dompet digital yang digunakan untuk menyimpan Gojek Kredit untuk transaksi pengguna layanan di dalam aplikasi Gojek.
Gopay bisa digunakan untuk bertransaksi seperti pembayaran Gocar, Godrive atau pun Gofood, dan tentunya juga banyak transaksi lain yang bisa dibayar menggunakan Gopay di dalam aplikasi Gojek.
5. LinkAja
Penetrasi pasar 23 persen. LinkAja dulunya adalah TCASH, dompet digital untuk menyimpan uang elektronik besutan Telkomsel dan anggota Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bisa digunakan untuk transaksi secara digital. Unduh aplikasi LinkAja di Play Store atau App Store untuk menikmati layanan dompet digital ini di telepon genggam Anda. Selain praktis dan gampang, LinkAja juga aman digunakan untuk bertransaksi secara non tunai.
Sejumlah factor yang menjadi pertimbangan konsumen atau pengguna dalam memilih layanan dompet digital. Selain karena faktor pemasaran, kemudahan bertransaksi digital, dan akselerasi penggunaan dompet digital untuk pembayaran non-fisik menjadi aspek yang menjadi pertimbangan pengguna.
Karena itulah, ShopeePay mampu mencatat transaksi tertinggi sebesar 29 persen, diikuti oleh OVO 25persen, GoPay 21 persen, DANA 20 persen dan terakhir LinkAja hanya sekitar 6 persen.
Demikian pula frekuensi transaksi per bulan, ShopeePay tercatat dengan frekuensi transaksi tertinggi yakni 14,4 kali per bulan, OVO 13,5 kali per bulan, GoPay 13,1 kali per bulan, DANA 12,2 kali per bulan dan LinkAja 8,2 kali per bulan.
Neurosensum mencatat data yang mengesankan tentang dompet digital ini menunjukkan adopsi gaya hidup mobile cashless, terutama e-wallet yang semakin menggantikan peran utama uang tunai dalam kehidupan sehari-hari.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Strategi Platform Dompet Digital Setelah Era Cashback Berakhir