“Orang-orang sudah bicara tentang teknologi yang akan masuk ke G5. Orang semua tahu it’s going to come. Teknologi di depan sudah ter-identify,” ujar dia.
Namun di masa pandemi Covid-19, perubahan tersebut berlangsung lebih cepat ketimbang yang dibayangkan sebelumnya. Bahkan, transformasi digital terjadi dalam waktu satu malam setelah Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan status pandemi akibat penyebaran wabah.
Kala itu, pemerintah, pelaku usaha, lembaga pendidikan, dan seluruh instansi langsung berbondong-bondong mengambil kebijakan dengan mengandalkan teknologi. Bagi pelaku usaha, Sri Mulyani memperkirakan, pasar-pasar konvensional pun akan lebih cepat beralih ke penjualan digital melalui platform e-commerce.
“Transaksi e-commerce di Indonesia sejak 2015 hingga 2020 naiknya sembilan kali lipat. Saya yakin post Covid (kenaikan) transaksi bisa lebih cepat,” ujar Sri Mulyani.
Kondisi itu ditunjukkan dengan mulai berpindahnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dari penjualan konvensional ke penjualan digital. Berdasarkan data terakhir, kata Sri Mulyani, sebanyak tiga juta UMKM telah melakukan transformasi ke arah digital. Angka ini diperkirakan lebih cepat bertumbuh setelah Kementerian BUMN merealisasikan program holding ultra-mikro yang mendorong pertumbuhan inklusi keuangan digital.
Baca: Sentil Koruptor, Sri Mulyani: Kalau Masih Ada yang Korupsi Pajak, Pasti Hengki-Pengki