Adapun perlambatan dalam program vaksinasi di Eropa dan prospek lebih banyak pembatasan untuk mengendalikan virus corona telah menurunkan ekspektasi untuk pemulihan penggunaan bahan bakar. Inggris harus memperlambat peluncuran vaksin COVID-19 bulan depan karena krisis pasokan yang disebabkan oleh penundaan pengiriman jutaan suntikan AstraZeneca dari India, dan kebutuhan untuk menguji stabilitas 1,7 juta dosis tambahan.
Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York, menyebutkan, Eropa melihat minggu ketiga berturut-turut meningkatnya kasus Covid-19 dan dengan rintangan vaksinasi yang masih ada.
Sejumlah negara Eropa juga telah menghentikan penggunaan suntikan AstraZeneca karena kekhawatiran tentang kemungkinan efek samping. Hal tersebut terjadi meskipun Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengatakan Eropa harus terus menggunakan vaksin tersebut.
Sementara persediaan minyak mentah AS naik untuk empat minggu berturut-turut setelah cuaca dingin yang parah di Texas dan bagian tengah negara itu pada Februari memaksa penutupan kilang-kilang. Pedagang mengatakan stok bisa meningkat lebih lanjut setelah WTI pada 12 Maret beralih dari kemunduran ke contango, di mana kontrak bulan depan lebih murah daripada bulan kedua.
Adapun Badan Energi Internasional (IEA) mrilis gambaran pesimistis yang tak terduga dari tren permintaan. Sekarang memperkirakan permintaan minyak dapat kembali level sebelum krisis corona pada 2023. Kenaikan dolar juga berkontribusi pada aksi jual minyak. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
BISNIS
Baca: Harga Minyak Melejit ke USD 70,56 per Barel setelah OPEC+ Putuskan Batasi Suplai