TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pertanian DPR Sudin mencecar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo perkara impor 1 juta ton kedelai. Sebab, saat ini kebutuhan kedelai untuk industri dan pakan ternak mencapai 6-7 juta lebih dan sebagian besar belum bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
"Saya gak mau ada yang disembunyikan," kata Sudin dalam rapat di Jakarta, Kamis, 18 Maret 2021.
Awalnya, Syahrul menjabarkan data prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok strategis nasional periode Januari-Mei 2021. Dari data tersebut, Syahrul mencatat stok kedelai di akhir 2020 sebesar 413 ribu ton.
Sementara, perkiraan produksi dalam negeri hanya sebesar 42 ribu ton. Sehingga, total stok kedelai hanya 455 ribu ton. Ini jauh di bawah perkiraan kebutuhan yang mencapai 1,3 juta ton.
Untuk itu, keran impor akan dibuka untuk 1 juta ton kedelai. Tapi, Syahrul memastikan ini hanya sebagian saja dari kuota impor sepanjang 2021. "Ini prognosa untuk menghadapi lebaran dan Idul Fitri (12-13 Mei 2021) saja," kata Syahrul.
Adapun untuk keseluruhan tahun 2021, Kementan telah memperkirakan volume impornya akan mencapai 2,6 juta ton. Tapi, volume ini hanya mencakup kedelai untuk kebutuhan konsumsi (produksi tahu dan tempe) dan di luar kebutuhan bungkil kedelai untuk industri pakan ternak.
"Akan turun (impor) sampai Maret sebanyak 650 ribu ton," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Agung Hendriadi pada rapat bersama Komisi Pertanian DPR pada Rabu, 13 Januari 2021 lalu.
Baca: Tanggapi Rencana Impor, Mentan: Sampai Mei 2021, Beras Surplus 12 Juta Ton