Sedangkan cost of fund PNM sebesar 9-10 persen. “Kami melakukan berbagai simulasi dan sudah ada KPI, nantinya cost of fund bisa turun cepat,” kata Kartika. Sementara itu, BRI memilki cost of fund 2,3 persen.
Kartika melanjutkan, integrasi tiga perusahaan akan dilakukan dengan tetap menjaga bisnis model masing-masing. BRI nantinya tetap berfokus pada kredit usaha, Pegadaian berfokus pada produk gadai, dan PNM berfokus pada pembiayaan Mekaar. Setelah holding ultramikro terbentuk, Kementerian BUMN menargetkan dalam empat tahun perusahaan pelat merah itu bisa menjangkau 30 juta nasabah baru.
Adapun Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan, suka tidak suka, usaha ultramikro akan mengalami tekanan karena pasar akan mengalami perubahan yang besar. “Apalagi keseimbangan pasar dengan harga-harga yang didumping di luar negeri ini jadi konsen tersendiri gimana UMKM bisa bersaing secara terbuka,” kata Erick.
Melalui holding ini, ia menyebut Kementerian mencarikan solusi agar pembangunan yang mencakup akses pasar, infrastruktur, dan pembiayaan akan berpihak ke pengusaha ultramikro. Dengan demikian, pelaku usaha skala kecil bisa naik kelas ke level menengah.
Ia mengklaim telah memperoleh dukungan dari pelbagai lembaga, seperti Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan. “Kami sudah sosialisasi dan dapat persetujuan,” ujar Erick Thohir.
Baca: Erick Thohir Kejar Target 5 Persen Milenial Duduk di Kursi Bos BUMN