TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan perubahan tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah untuk mobil listrik justru bisa menambah pemasukan negara apabila para pelaku industri masih menjual jenis hybrid alias belum full battery.
"Apakah kita kehilangan (penerimaan)? Malah kita dapat PPnBM karena tarifnya dinaikkan. Kalau dia masih tetap jualan hybrid, Pak Suryo (Direktur Jenderal Pajak) senang karena tarif PPnBM-nya naik, kecuali kalau investasi ke mobil full baterai, tarifnya nol," ujar Sri Mulyani dalam rapat bersama Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 15 Maret 2021.
Saat ini, tarif PPnBM kendaraan elektrik itu dipayungi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2019. Ia mengatakan perubahan tarif PPnBM itu nantinya akan memberi tekanan agar para pelaku industri beralih ke investasi mobil listrik berbasis baterai penuh.
"Kalau mereka investasi ke mobil berbasis baterai maka PPnBM hilang jadi nol, tapi kita bisa mendapatkan investasi sampai katanya US$ 9 miliar, menurut Pak Luhut itu US$ 4-5 miliar, itu worth lah," ujar Sri Mulyani.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari koleganya, Sri Mulyani mengatakan ada beberapa perusahaan yang mau masuk di bidang mobil listrik antara lain LG, BASF, CATL, hingga Tesla.
"LG berencana investasi di industri baterai terintegrasi US$ 9,8 miliar, CATL di industri baterai terintegrasi US$ 5,2 miliar, BASF industri prekursor dan katoda, serta Tesla di ekosistem industri mobil listrik," ujar Sri Mulyani.