TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Direktur Utama Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein Mahmud mengaku tak berani membeli saham PT Bank Jago Tbk. yang kini telah menembus level Rp 11.000. Pasalnya, pergerakan emiten tersebut tidak dapat dihitung dengan cara konvensional.
Dalam perdagangan pada akhir pekan lalu, emiten berkode saham ARTO ini ditutup di harga Rp 11.375 per lembar. Artinya, jika dibandingkan dengan harga IPO pada lima tahun lalu, saham Bank Jago telah melejit hingga lebih dari 80 kali lipat.
Hasan menilai pergerakan saham ARTO terbilang spektakuler. Pasalnya emiten itu berasal dari bank papan bawah yang tidak dilirik dan menyodok menjadi saham berkapitalisasi di atas Rp 100 triliun.
ARTO kini bahkan mampu menyalip emiten blue chip seperti BBNI, BRIS, INDF dan CPIN. "ARTO memang fantastis. Menggunakan PBV sebagai tolok ukur konvensional sektor perbankan, PBV ARTO lebih dari 100 kali. Price Earning Ratio nya minus 651 kali, NPM minus 164 persen," ujar Hasan.