Di samping itu, dia juga membutuhkan pendampingan dari pemerintah agar garam kemasan yang diproduksi nantinya memiliki daya saing tinggi sehingga tidak kalah dengan garam-garam yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik besar. "Perizinan sedang diurus pak," ujar Amin.
Adapun washing plant atau unit pengolahan garam di Kecamatan Krangkeng merupakan bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong produktivitas garam lokal Indramayu. Washing plant berdiri tahun lalu dan bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional.
Kapasitas produksi washing plant ini mencapai 20 ton per hari. Sedangkan garam yang dihasilkan nilainya mencapai Rp 1.800 per kilogram.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Tb Haeru Rahayu mengatakan washing plant ini terbukti mendorong produktivitas pergaraman di Indramayu. Tadinya, petambak mengeluhkan biaya produksi yang lebih tinggi dibanding harga jual garam.
Tapi kini petambak bisa mendapat keuntungan hingga Rp 600 per kilogram garam yang dihasilkan. Selain itu, garam yang dihasilkan juga higienis karena prosesnya menggunakan sentuhan teknologi.
Baca: Hindari Tengkulak, Trenggono Minta Penjualan Garam Melalui E-commerce