TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA, Jahja Setiaatmadja, menyatakan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) masih berkontribusi besar terhadap akumulasi aset bank yang dipimpinnya tersebut.
Jahja pun optimistis tren pertumbuhan aset pada tahun ini dapat terjaga seiring dengan pembukaan rekening baru melalui digital yang masih tinggi. "Ini pembukaan rekening online sudah naik dari hanya 500 per hari menjadi sekarang sudah 9.000. Namun, yang open account, rata-rata saldo masih kecil," ucapnya, Senin, 8 Maret 2021.
Aset BCA tumbuh sebesar 17 persen pada tahun lalu. Kenaikan aset tersebut di antaranya dipicu oleh peningkatan dana pihak ketiga, khususnya pada dana murah.
Dana murah (current account saving account/CASA) bank dengan kode emiten BBCA ini tumbuh 21 persen year-on-year (yoy) dan mencapai Rp 643,9 triliun.
Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 14 persen yoy menjadi Rp 196,9 triliun. Jahja menjelaskan pondasi bisnis perbankan transaksi BCA tergolong cukup matang pada masa pandemi.
Untuk memperkuat franchise perbankan transaksi, kata Jahja, perseroan fokus untuk terus memperluas basis nasabah sekaligus mengembangkan solusi digital secara konsisten. Dengan bisnis sampingan pada lini treasury, perseroan juga masih mampu menjaga percetakan laba dengan imbal hasil yang cukup tinggi.
Sepanjang tahun lalu, BCA membukukan laba bersih Rp 27,13 triliun karena pencadangan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset. Bila dibandingkan dengan kinerja pada tahun 2019, raihan tersebut turun 5,14 persen secara tahunan (yoy) yang mampu meraih laba bersih senilai Rp 28,6 triliun.
BISNIS
Baca: Direktur BCA Beberkan 3 Sebab Utama Ganti Kartu ATM ke yang Berbasis Chip