Sebelumnya Amerika Serikat menyatakan kekhawatirannya atas 'ancaman keamanan nyata' ke Arab Saudi dan mengatakan akan meningkatkan dukungan untuk pertahanan Saudi. "Kegiatan tersebut patut mendapatkan beberapa peningkatan premi geopolitik," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Serangan itu menyusul langkah minggu lalu oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan sekutu penghasil minyak mereka, yang dikenal sebagai OPEC+, menyetujui secara luas tetap berpegang pada pemotongan produksi meskipun harga minyak mentah naik.
"Kesepakatan OPEC+ minggu lalu untuk menahan produksi pada level yang hampir saat ini adalah perkembangan besar yang belum sepenuhnya didiskon," kata Ritterbusch.
Senat AS juga telah menyetujui rancangan undang-undang stimulus AS sebesar US$ 1,9 triliun. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan bahan bakar karena perekonomian semakin meningkat dan pada akhirnya bakal berimbas pada harga minyak. Selain itu, data ekonomi dari Amerika Serikat dan Cina juga positif.
ANTARA
Baca: Harga Minyak Melejit ke USD 70,56 per Barel setelah OPEC+ Putuskan Batasi Suplai