TEMPO.CO, Jakarta - Tiga saham emiten tambang nikel terpantau anjlok pada penutupan perdagangan bursa kemarin, Senin, 8 Maret 2021. Berdasarkan data Bloomberg, Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam ditutup merosot 5,79 persen ke level Rp 2.280 per saham.
Sementara itu, saham Vale Indonesia Tbk (INCO) ditutup melemah 6,21 persen atau 320 poin ke Rp 4.830. Adapun saham PT Timah Tbk (TINS) merosot 5,29 persen atau 100 poin ke Rp 1.790 per saham.
Penurunan ketiga saham emiten tambang ini sejalan dengan pelemahan harga nikel sepanjang pekan lalu. Nikel menyentuh level US$ 16.425 per ton di London Metal Exchange pada Jumat pekan lalu, 5 Maret 2021 setelah anjlok 14 persen dua hari sebelumnya.
Pekan lalu produsen mobil listrik Tesla juga telah setuju untuk bermitra dengan tambang nikel di Kaledonia Baru dalam upaya mengamankan lebih banyak sumber daya tersebut. Nikel selama ini diketahui yang merupakan bahan utama dalam produksi baterai lithium-ion di mobil listrik.
Kaledonia Baru merupakan produsen nikel terbesar keempat di dunia. Material tersebut juga sebagian besar ditambang di Rusia, Kanada, dan Indonesia.
Lalu bagaimana kinerja tiga saham tambang nikel itu pada hari ini?
Data RTI memperlihatkan pada hari ini, Selasa, 9 Maret 2021, ketiga saham tambang itu tak bergerak ke arah yang sama. Saham ANTM misalnya, naik 10 poin atau 0,44 persen menjadi Rp 2.290. Sementara saham INCO turun 3,73 persen atau 170 poin menjadi Rp 4.660, dan TINS stabil di level Rp 1.790.
Sebelumnya, Tesla diperkirakan menjadi penasihat industri di tambang Goro di pulau Pasifik, yang dimiliki oleh raksasa pertambangan Brasil Vale dan merupakan wilayah luar negeri Prancis.