Adapun dalam rangka penyaluran, pemerintah telah menyiapkan sejumlah kanal seperti program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) yang berlangsung sepanjang tahun dan juga penyaluran beras bantuan sosial.
“Sementara KPSH terus berjalan, bantuan beras juga terus digulirkan selama pandemi. Jadi potensi penyaluran Bulog besar. Kita harus jaga terus stoknya di angka 1 sampai 1,5 juta ton. Kalau stok di bawah 1 juta ton, ada peluang pasar bisa spekulasi harga, padahal masyarakat sedang dalam kondisi susah,” kata dia.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaluddin Iqbal memastikan impor beras yang ditugaskan kepada Bulog tidak akan mengganggu proses panen yang memasuki puncaknya Maret ini. Perusahaan pun akan tetap memprioritaskan penyerapan beras dari dalam negeri.
“Sekiranya kami sudah menerima penugasan tertulis, dalam pelaksanaannya Bulog akan memperhitungkan masa panen. Bagi kami sumber pengadaan utama adalah produksi petani di dalam negeri,” kata Iqbal.
Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa meminta pemerintah meninjau ulang rencana impor beras setelah panen raya berakhir. Volume dan waktu impor sebaiknya ditentukan pada Juli atau Agustus ketika potensi produksi sepanjang 2021 dapat diketahui.
BISNIS
Baca juga: Data Lahan Sawah Dirilis, Luhut: Tak Perlu Berkelahi Soal Impor