TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang yang lebih tinggi adalah tanda pelaku pasar mengantisipasi pemulihan yang lebih kuat, bukan meningkatnya kekhawatiran inflasi.
"Saya tidak melihat bahwa pasar memperkirakan inflasi naik di atas sasaran inflasi 2,0 persen yang Fed miliki sebagai tingkat inflasi rata-rata dalam jangka panjang," kata Menkeu AS Janet Yellen dalam wawancara PBS Newshour, Jumat 5 Maret 2021.
Dia menambahkan Amerika Serikat membutuhkan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang lebih cepat dari capain bulan Februari. Dia berharap lapangan kerja terbuka penuh pada tahun depan sesuai dengan rencana stimulus Presiden Joe Biden sebesar 1,9 triliun dolar AS.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan kemarin ditutup di zona merah seiring ekspektasi pelaku pasar terhadap pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS).
IHSG ditutup melemah 32,05 poin atau 0,51 persen ke posisi 6.258,75. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 7,11 poin atau 0,75 persen ke posisi 941,36.