Bhima mengatakan kampanye untuk mencintai produk dalam negeri sebetulnya telah digaungkan sejak era pemerintahan Presiden Soeharto, dilanjutkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan diteruskan Jokowi.
“Masalah utamanya antara sosialisasi dengan kebijakan pemerintah sendiri tidak sinkron. Masyarakat sebagai konsumen akhirnya melihat sendiri bagaimana pengadaan barang dan jasa pemerintah produk impornya banyak, apalagi dalam rangka proyek strategis nasional,” ujar Bhima.
Jokowi beberapa waktu lalu mencentuskan slogan Bangga Buatan Indonesia untuk memperkuat pasar produk lokal.
Namun, kampanye ini dinilai selalu gagal. Sebab, gerakan untuk menggunakan barang dalam negeri tidak disertai dengan kebijakan pengendalian impor. Kehadiran platform e-commerce, misalnya, telah menyuburkan barang-barang asing. Menyitir Studi Indef, Bhima membeberkan produk buatan lokal yang saat ini diperdagangkan secara daring atau online porsinya baru sebesar 25,9 persen.
BACA: Mendag Ungkap Kisah di Balik Jokowi Gaungkan Benci Produk Luar Negeri
FRANCISCA CHRISTY ROSANA