Tauhid mengatakan anggaran besar belum tentu mendorong konsumsi lebih baik selama situasi pandemi masih seperti saat ini. Hal ini tercitra dari data Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pemasukan rumah tangga, semakin tinggi simpanan di perbankan.
Menurut Tauhid, ke depannya, sasaran dan mekanisme Pemulihan Ekonomi Nasional harus memiliki efek pengganda paling besar ke konsumsi. Besaran dan sasaran dari program PEN juga harus menjadi pertimbangan. Dengan demikian, PEN bisa efektif menggerakkan ekonomi kembali. "Lepas dari itu kita harus tangani Covid-19 lebih dulu."
Ihwal penanganan pandemi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim trennya semakin baik. Hal tersebut dilihat dari tren angka kesembuhan yang meningkat hingga 85,88 persen dan tren angka kematian yang terus menurun hingga 2,71 persen.
Airlangga pun menyebut perekonomian Indonesia yang didominasi oleh konsumsi domestik menunjukkan tren yang meningkat. Aktivitas manufaktur masih berada pada level ekspansif 50,9 pada Februari 2021, sementara indeks kepercayaan konsumen juga terus membaik.
Selain itu, permintaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus meningkat. “Ini mencerminkan pulihnya tingkat kepercayaan publik. Di saat yang sama, realisasi investasi juga meningkat, mencerminkan persepsi positif investor,” imbuh Airlangga.
Indikator lainnya juga menunjukkan perbaikan, kata dia, seperti penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, kenaikan harga komoditas, dan surplus neraca perdagangan yang mencapai US$ 21,74 miliar pada tahun 2020 atau tertinggi sejak tahun 2011.
Berdasarkan perkembangan tersebut, menurut Airlangga, pemulihan ekonomi Indonesia khususnya selama setahun pandemi Covid-19 ini sudah berada pada jalur yang tepat.