Peningkatan utilisasi FTA pun perlu dilakukan untuk mendorong para pelaku mengekspor ke negara-negara yang telah menjalin kerja sama perdagangan dengan Indonesia yang memiliki tarif rendah bahkan sampai 0 persen. “Indonesia akan terus menyelesaikan berbagai perjanjian perdagangan yang tengah berlangsung saat ini serta menjajaki peluang-peluang baru lainnya dengan negara-negara nontradisional sesuai amanat Presiden Joko Widodo."
Adapun perundingan-perundingan yang ditargetkan untuk diselesaikan pada 2021 antara lain perjanjian dengan Uni Eropa, Pakistan Trade in Goods Agreement, Bangladesh, Tunisia, dan Maroko,” jelasnya. Dia menyebutkan upaya lain yang dilakukan adalah mengelola pasar dan produk utama.
Kontribusi 10 negara tujuan utama tercatat mencapai 69,7 persen dari total ekspor nonmigas pada 2020. Sementara itu kontribusi 10 produk utama mencapai 59,9 persen dari total ekspor non migas 2020.
Strategi lainnya yang dapat diiringi dalam pemanfaatan perundingan perdagangan internasional adalah mendorong transformasi ekspor ke produk bernilai tambah dan jasa, memperluas hubungan dagang dan investasi) melalui diplomasi, advokasi dan negosiasi perjanjian bilateral, subregional, regional, plurilateral, dan multilateral, serta kerja sama di organisasi komoditas internasional.
Adapun untuk mengoptimalkan pemanfaatan perjanjian perdagangan internasional yang telah ada, Jerry mengharapkan peningkatan sosialisasi Dinas Perindag Provinsi, FTA Center, dan Export Center kepada para pelaku usaha di daerah secara intensif. Dengan demikian, para pelaku pengusaha ekspor dapat memanfaatkan skema FTA yang telah dimiliki sehingga bisa mendorong pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19.
BACA: Kerja Sama KAI dan Krakatau Bandar Samudera Diklaim Dapat Tingkatkan Ekspor Baja