"Artinya masih menggunakan uang sendiri bukan kredit yang dikeluarkan oleh bank. Hal inilah yang belum bisa mentransmisikan ke suku bunga kredit karena para pelaku usaha masih menggunakan lebih banyak giro yang dimilikinya untuk kegiatan usaha yang mulai membaik seperti saat ini. Saya kira, vaksin memang menjadi harapan bagi kegiatan usaha,” ujarnya.
Menurutnya, ke depan efektifitas vaksin ini bisa menjadi faktor positif yang dapat membuat kegiatan usaha semakin pulih. Dia mengatakan para pelaku usaha tidak bisa terus menerus menggunakan uangnya sendiri atau giro, namun mereka akan meminta kredit pada bank. Di saat kredit mulai membaik, kata dia, di situ mungkin perbankan juga akan mulai memberikan relaksasi terhadap suku bunga kreditnya.
Lana memaparkan, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan efektifitas penurunan suku bunga simpanan ke suku bunga kredit, dalam keadaaakan normal, ada selang waktu antara satu triwulan sampai dengan dua triwulan. Tetapi dengan kondisi pandemi seperti sekarang, mungkin perlu waktu lebih lama lagi atau sekitar tiga triwulan.
Namun, kata dia cepat atau lambat suku bunga kredit akan turun seiring dengan kegiatan usaha yang semakin membaik, terlebih program vaksinasi berjalan dengan masif dan konsumsi mulai membaik.
Jika melihat kondisi simpanan yang masih tumbuh sekitar 10 persen di bulan Januari dan pada Desember 2020 tumbuh sekitar 11 persen year on year, hal ini menunjukkan simpanan itu masih terus meningkat.
Lana juga mengatakan jika permintaan kredit mulai membaik, dapat mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit.
BACA: BPR Sewu Bali Dilikuidasi, LPS Siapkan Pembayaran Klaim Simpanan Nasabah
HENDARTYO HANGGI