GeNose telah memperoleh izin penggunaan dan izin edar dari Kementerian Kesehatan sejak awal Februari. Pada tahap pertama, GeNose telah digunakan di moda angkutan perkeretaapian dan akan diperluas di bandara pada April nanti.
Berbeda dengan metode usap atau swab PCR, pengambilan sampel GeNose berasal embusan napas. Menurut situs resmi UGM, GeNose diklaim bisa mendeteksi Covid-19 lebih cepat dengan lama waktu pendeteksian sekitar 80 detik. Tarifnya pun lebih murah ketimbang tes lain, yaitu Rp 20 ribu satu kali tes dengan akurasi lebih dari 90 persen.
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menjelaskan, cara kerja GeNose telah menggunakan kecerdasan artificial yang diharapkan dapat menjadi tren teknologi masa depan. “Metode kecerdasan artificial dengan melakukan analisa terhadap hembusan napas kita,” ujar Bambang.
Menurut Bambang, GeNose merupakan bukti bahwa di balik pandemi masih, peneliti masih bersemangat mengembangkan produk risetnya. “Selama masa Covid ada berkah yang tidak disangka, yaitu semangat untuk melakukan riset daninovasi tumbuh luar biasa,” katanya.
BACA: UGM: GeNose Belum Dijual untuk Perorangan dan Rumah Tangga
FRANCISCA CHRISTY ROSANA