"Obligasi pemerintah dan khususnya Treasury AS, telah menjadi titik fokus pasar secara global, setelah para pedagang secara agresif mengubah harga dalam pengetatan moneter sebelumnya daripada yang diisyaratkan oleh Federal Reserve dan rekan-rekannya," kata Ibrahim, Jumat, 26 Februari 2021.
Imbal hasil obligasi telah naik tahun ini karena prospek stimulus fiskal besar-besaran di tengah kebijakan moneter yang sangat lunak, yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Selain itu, percepatan laju vaksinasi secara global juga telah mendukung apa yang kemudian dikenal sebagai perdagangan reflasi, mengacu pada taruhan pada peningkatan aktivitas ekonomi dan harga.
Namun dalam beberapa hari terakhir, kenaikan imbal hasil obligasi yang disesuaikan dengan inflasi telah dipercepat. Hal tersebut menunjukkan keyakinan yang berkembang bahwa bank sentral mungkin perlu mengurangi kebijakan ultra-longgar.
Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah bakal dibuka dan ditutup melemah. "Di rentang Rp 14.230 - Rp 14.290 per dolar AS," ucap Ibrahim.
BISNIS
Baca: Bos Indodax Sepakat dengan BI: Bitcoin Bukan Alat Pembayaran tapi Aset Investasi