"Ini adalah langkah maju yang besar," kata Scholz. Franco dari Italia mengatakan sikap baru AS harus membuka jalan bagi kesepakatan menyeluruh tentang perpajakan perusahaan multinasional pada pertemuan kepala keuangan G20 di Venesia pada Juli.
Tak hanya itu, G20 juga membahas cara membantu negara-negara termiskin di dunia, yang ekonominya dilanda krisis secara tidak proporsional. Di dalamnya, termasuk ada dukungan luas untuk meningkatkan modal Dana Moneter Internasional (IMF) agar bisa memberikan lebih banyak pinjaman. Namun belum ada jumlah konkret yang diusulkan.
Untuk memberikan lebih banyak kekuatan, IMF mengusulkan tahun lalu untuk meningkatkan dana cadangannya sebesar 500 miliar dalam mata uang IMF sendiri yang disebut Hak Penarikan Khusus (SDR), tetapi gagasan itu diblokir oleh Trump.
“Tidak ada diskusi tentang jumlah SDR tertentu,” kata Franco. Ia menyebutkan, masalah tersebut akan ditinjau kembali berdasarkan proposal yang disiapkan oleh IMF untuk April.
Adapun Dana Moneter Internasional atau IMF memperkirakan ekonomi AS kembali ke level sebelum krisis pada akhir tahun ini. Sementara Eropa mungkin membutuhkan waktu hingga pertengahan 2022 untuk mencapai titik itu.
Pemulihan juga rapuh di tempat lain. Aktivitas pabrik di Cina tumbuh paling lambat dalam lima bulan pada Januari, dan di Jepang pertumbuhan kuartal keempat melambat dari kuartal sebelumnya.
Beberapa negara sangat berharap G20 dapat memperpanjang penangguhan biaya pembayaran utang untuk negara-negara termiskin setelah Juni. Namun terkait hal ini, belum ada keputusan yang diambil. Franco menyebutkan masalah tersebut baru akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
BISNIS
Baca: Airlangga Hartarto: Perekonomian RI Terbaik Ke-2 di G20, Setelah Cina