Meski begitu, Ariston mengingatkan, kenaikan yang sangat tinggi di Bitcoin membuka risiko kejatuhan harga yang besar juga. "Pembeli ritel harus berhati-hati. Kalau tiba-tiba pembeli besar itu merealisasikan profitnya, harga Bitcoin bisa terjun bebas,” tuturnya, Jumat, 26 Februari 2021.
Data Bloomberg pada perdagangan pukul 15.59 WIB Jumat kemarin menunjukkan harga Bitcoin terkoreksi 4,94 persen ke posisi US$ 45.707,56 atau sekitar Rp 654,9 juta (asumsi kurs Rp 14.329 per dolar AS). Aset kripto dengan kapitalisasi terbesar ini pun merosot hingga 20 persen pekan ini, atau penurunan terbesar sejak Maret 2020.
Indeks Galaxy Crypto Bloomberg yang yang melacak pergerakan aset-aset kripto seperti Bitcoin, Ether, dan tiga aset kripto lainnya juga melihat penurunan 22 persen sepanjang pekan ini. Kepala pertukaran cryptocurrency Luno wilayah Asia Pasifik Vijay Ayyar mengatakan bahwa hampir seluruh aset berisiko saat ini terpukul, mulai dari saham hingga kripto.
Ayyar menyebutkan, menguatnya Dolar AS saat ini menjadi sentimen tersendiri. "Sinyal memperkirakan penurunan Bitcoin dan aset kripto lainnya,” ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat, 26 Februari 2021.
BISNIS
Baca: Investasi Bitcoin Naik Daun, Ini Pendapat Fecebook, Elon Musk, hingga Bill Gates