TEMPO.CO, Jakarta – Hasil survei Kartu Prakerja 2020 menunjukkan bahwa 35 persen peserta mentas dari pengangguran dan telah menjadi buruh, pegawai lepas, wirausaha, atau pekerja lainnya. Survei evaluasi dilakukan dalam tiga tahap selama Agustus hingga Desember 2020.
“Kami mendapatkan feedback bahwa 94 persen dari penerima Kartu Prakerja keterampilannya meningkat dari skilling, reskilling, dan upskilling,” kata Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari dalam diskusi virtual yang digelar pada Jumat, 26 Februari 2021.
Survei evaluasi Kartu Prakerja tahap pertama yang dilakukan pada 5 Agustus hingga 15 Desember 2020 diikuti oleh 4,7 juta penerima. Sedangkan evaluasi II yang digelar pada 4 Oktober hingga 15 Desember 2020 telah diikuti 3,9 juta peserta. Adapun survei evaluasi III yang diadakan pada 15 November sampai 15 Desember 2020 diikuti oleh 3,3 juta peserta.
Dari 35 persen peserta, 17 persen di antaranya mengaku telah berwirausaha. Sedangkan 18 persen lainnya menjawab telah menjadi buruh atau pegawai lepas lainnya setelah sebelumnya menganggur.
Sepanjang 2020, sebanyak 5,9 juta peserta Kartu Prakerja telah terjaring dalam gelombang pendaftaran yang digelar sebelas kali mulai April hingga Desember. Jumlah ini lebih besar 300 ribu dari target yang ditetapkan pemerintah sebanyak 5,6 juta peserta.
Adapun dari 5,9 juta peserta, 400 ribu orang lebih tercatat tidak menggunakan saldo bantuan yang diberikan pemerintah untuk membeli paket pelatihan dalam waktu 30 hari. Berdasarkan ketentuannya, peserta Kartu Prakerja harus lebih dulu menyelesaikan pelatihan sebelum memperoleh bantuan tunai sebesar Rp 2,4 juta.