Lebih jauh, Kementerian Keuangan menjelaskan, pengelolaan utang dilakukan dengan prudent, fleksibel dan oportunistik. Selain itu, peruntukan pembiayaan difokuskan pada sektor ekonomi riil yang dapat tumbuh dan padat karya agar dapat efektif dan tepat sasaran.
Profil utang termasuk kemampuan bayar dengan berbagai pendekatan terhadap rasio utang yang sehat, baik utang jangka pendek atau jangka panjang juga diperhatikan. Dalam pelaksanaannya, pemerintah melakukan diversifikasi portofolio utang secara optimal untuk meningkatkan efisiensi utang (biaya dan risiko minimal), baik dari sisi instrumen, tenor, suku bunga, dan mata uang.
Jika ditinjau dari komposisinya, utang pemerintah masih didominasi oleh SBN, yaitu sebesar Rp 5.383,55 triliun. Angka ini setara dengan 86,37 persen dari total komposisi utang per akhir Januari 2021, menunjukkan upaya kemandirian pembiayaan.
Adapun dari sisi mata uang, utang pemerintah pusat semakin didominasi utang dalam mata uang rupiah, kini sebesar 66,51 persen dari total komposisi utang pada akhir Januari 2021. Hal tersebut seiring kebijakan pengelolaan utang yang memprioritaskan sumber domestik dan penggunaan valas sebagai pelengkap untuk mendukung pengelolaan risiko utang valas.
Baca: Jawab Kritik, Staf Khusus Sri MulyanI Jelaskan Data Cicilan Utang RI