"Karena kita tahu transportasi udara ini paling strategis. Saat pemerintah memberikan subsidi pada jasa penerbangan dan angkutan, ini juga akan mengangkat sentimen positif terhadap masyarakat yang bepergian. apalagi pariwisata sudah dibuka," tutur Ibrahim.
Optimisme pemulihan ekonomi, kata Ibrahim, juga dipicu dengan pernyataan Presiden Joko Widodo dan jajarannya yang mengatakan ekonomi akan membaik di 2021. Ia mengatakan optimisme pemerintah tersebut memberikan angin segar bagi pasar.
"Sehingga, kalau Covid-19 berakhir akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi semua negara. Ini yang akan membuat saham emiten penerbangan dan lainnya naik," ujar dia.
Saham Garuda Indonesia sempat menanjak di zona hijau pada akhir 2020 sebelum akhirnya kembali terjun bebas pada akhir Januari hingga awal Februari 2021. Ibrahim mengatakan hal itu sangat wajar lantaran adanya kebijakan pengetatan pembatasan penerbangan oleh pemerintah. "Ini membawa bisnis penerbangan terseok-seok," ucapnya.
Meski begitu, belakangan dengan adanya PSBB secara mikro dan adanya klaim pemerintah soal kasus covid-19 mulai menurun, turut berdampak positif terhadap sentimen pasar khususnya akan pertumbuhan ekonomi.
"BI juga sudah menurunkan suku bunga dan perbankan kemungkinan menurunkan bunga kredit. Ini akan menambah gairah pasar, konsumsi dan investasi berjalan kembali," kata Ibrahim. Ia memperkirakan saham Garuda masih akan prospektif jika langkah pemulihan kesehatan dan ekonomi berjalan baik.
Baca: BEI Beberkan Sebab Hapus Kode Broker, Salah Satunya: Kurangi Perilaku Herding