JAKARTA-Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Royke Tumilaar mengatakan, BNI penuh optimisme dalam menyambut pemulihan ekonomi serta bisnis pada 2021 yang lebih baik dibanding tahun lalu. Sejumlah target bisnis pun telah ditetapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan untuk bekerja lebih cepat.
“BNI saat ini melakukan proses konsolidasi dan transformasi yang cukup besar dan masif. Sehingga, akan ada banyak perubahan terkait arah bisnis kedepan,” ujanya dalam acara Economic Outlook CNBC, Jakarta, Kamis 25 Februari 2021.
Menurutnya, BNI melihat sejumlah sektor andalan yang dapat menopang kinerja di tahun ini. yakni sektor infrastruktur, korporasi, industri pengolahan hingga industri manufaktur.
Manajemen BNI optimistis bahwa Pemerintah berkomitmen penuh dalam mendorong pertumbuhan perekonomian ke depan, terutama dalam pemulihan ekonomi di tahun ini. “Kami yakin Pemerintah mengoptimalkan perekonomian pada tahun ini dan kedepan. Apalagi, salah satu komitmen tersebut diwujudkan dengan pembentukan SWF yang akan dirilis di tahun ini,” kata Royke Tumilaar.
Sejalan dengan program transformasi, BNI ikut menggandeng Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memperluas cakupan pelayanan perbankan internasional terutama pada nasabah perseroan.
“Kerjasama dengan BPKM sudah ada sebelumnya, saat ini kami perluas sejalan dengan ekspektasi pemegang saham dengan BNI. Kita mengajak nasabah-nasabah asal Indonesia untuk masuk ke pasar global atau membawa pemain baru dari luar untuk masuk ke Indonesia," ujarnya.
Dirut BNI menambahkan, tujuan kelanjutan kerjasama BNI dengan BKPM untuk memfasilitasi investor yang masuk ke dalam negeri. Karena, BNI telah memiliki banyak kantor cabang yang ada di luar negeri.
BNI berperan dalam hal memberikan informasi mengenai peran, fasilitas, dan edukasi terkait dengan peluang penanaman modal. Kemudian, BNI dapat memfasilitasi transaksi para penanam modal melalui layanan jasa perbankan yang dibutuhkan oleh para investor."Kita saling melengkapi dengan pembukaan cabang di beberapa tempat yang memiliki potensi hubungan dagang besar dengan Indonesia," kata Royke.
Di sisi lain, BNI berkomitmen untuk menyalurkan kredit namun dengan menjalankan prinsip kehati-hatian yang tercermin dari upaya perusahaan untuk menjaga rasio kredit bermasalah (non performing loan-NPL) dalam tingkat yang aman.
“Jadi yang dikhawatirkan memang terkait nasabah yang direstrukturisasi ini. Oleh karena itu, kita pantau terus secara rutin, kita adakan questionnaire melihat kemampuan mereka, sehingga perlahan-lahan kita bagi, yang mana yang high risk, moderat,. dan low risk. Kami kelompokan supaya BNI punya pencadangan yang cukup apabila terjadi NPL,” ujar Royke.
Selain itu, pihaknya berharap Pemerintah dapat memberikan jaminan keberlangsungan atas proyek-proyek yang dijalankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Yang harus dijaga bagaimana masyarakat tetap confidence untuk belanja dan melakukan mobilisasi. Pemerintah juga perlu adakan banyak penjaminan proyek-proyek infrastruktur dan korporasi,” katanya.