Menurut Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA) dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), kerugian industri penerbangan sudah ditaksir akan mencapai US$ 800 miliar atau defisit sekitar 61-80 persen dibandingkan dengan kondisi kuartal IV 2019. Kerugian ini diproyeksikan terakumulasi sampai 2024.
Karena itu, Ziva menilai seharusnya pelaku industri sudah siap dengan skenario merugi. Ziva mengatakan manajemen dapat merencanakan strategi untuk mengoptimalkan produktivitas dari alternatif pendapatan lain, seperti konfigurasi kargo, hingga menekan beban operasional.
“Jadi buat saya tidak ada bedanya liburan dihapus atau tidak. Kalau tidak ditekankan, akan lebih lama kita pulih dari krisis pandemi ini,” tutur Ziva.
Sebelumnya pemerintah memutuskan untuk memangkas cuti bersama di tahun 2021 dari sebelumnya 7 hari menjadi 2 hari. Pemangkasan juga termasuk pada cuti bersama Idul Fitri atau Lebaran.
Baca: Sandiaga Uno Targetkan Pembukaan 6 Ribu Lapangan Kerja Sebelum Lebaran