TEMPO.CO, Jakarta - Asisten Gubernur, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Juda Agung berharap penurunan suku bunga acuan BI segera direspons perbankan dengan melakukan penurunan suku bunga kredit.
Menurutnya, jika dilihat dari data jangka panjang, bank itu cenderung ikut menurunkan suku bunga deposito ketika suku bunga acuan BI turun, namun tidak untuk suku bunga kredit.
"Saya melihat spread itu meningkat antara suku bunga acuan dan suku bunga kredit ada pelebaran. Jadi bank mencoba untuk dapat keuntungan lebih dalam kondisi saat ini," kata Juda dalam konferensi virtual, Senin, 22 Februari 2021.
Dia mengatakan jika perbankan ikut menurunkan suku bunga kredit, akan mendorong perekonomian segera pulih.
"Keadaan seperti ini menjadi faktor orang-orang ragu untuk kredit ke perbankan karena suku bunga (kredit) tinggi," ujarnya.
Adapun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 225 basis poin sepanjang 2020 sampai 2021. Di mana saat ini suku bunga acuan BI sebesar 3,5 persen.
Dia menegaskan bahwa respons perbankan harus cepat dalam menyikapi penurunan suku bunga acuan BI. Hal itu, karena menurut dia, biaya-biaya dalam suku bunga ada atau disebut over head cost juga sudah turun.
"Kita harap bank dapat merespons dengan cepat. Oleh sebab itu, transpraansi suku bunga itu harus dilakukan. Kita ingin dorong perbankan lebih responsif dalam merespons kebijakan Bank Indonesia," kata dia.
BACA: Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi Terindikasi Melambat pada Januari 2021
HENDARTYO HANGGI