TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyebut perekonomian menjadi tidak kondusif jika perbankan lamban menurunkan bunga kredit. Padahal bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuan (BI7DRRR) yang saat ini mencapai 3,5 persen.
“Artinya bank-bank mencoba mendapat keuntungan yang lebih di saat seperti ini,” kata Asisten Gubernur BI Juda Agung dalam taklimat media secara virtual di Jakarta, Senin 22 Februari 2021.
Ia menyoroti melebarnya spread atau selisih antara suku bunga acuan atau BI Seven Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) dengan suku bunga dasar kredit (SBDK).
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial ini menambahkan spread SBDK terhadap BI7DRRR cenderung melebar dari sebesar 5,27 persen pada Juni 2019 menjadi 6,36 persen pada Desember 2020.
Pada saat itu, suku bunga acuan BI mencapai 3,75 persen, sedangkan SBDK perbankan mencapai 10,11 persen.
Dalam paparannya, Juda menjelaskan perbankan baru menurunkan total 116 basis poin SBDK, sedangkan BI sudah menurunkan bunga acuan sebesar 225 basis poin sejak Juni 2019.
“Yang terjadi justru spread ini mengalami kenaikan sehingga ini salah satu faktor mengapa orang masih ragu-ragu meminta kredit dari perbankan karena suku bunganya masih cukup tinggi,” katanya.