TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas yang menjadi primadona pada tahun lalu kini tengah mengalami tekanan, sehingga masih bergerak di kisaran US$1.700 per troy ounce.
Logam kuning yang menjadi bintang sepanjang tahun lalu tersebut kini berbalik menjadi salah satu komoditas dengan harga terburuk dalam indeks Komoditas Bloomberg di awal 2021.
Bahkan, berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, pergerakan harga emas di awal tahun ini merupakan yang terburuk sejak 1991 lalu, seiring dengan imbal hasil US Treasury yang tengah menanjak ke level tertingginya dalam sepekan terakhir.
Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan dalam jangka dekat emas akan terancam likuidasi alias banyak dilepas oleh para investor karena dinilai bukan menjadi aset prioritas di tengah kondisi pasar saat ini.
“Ini dampak dari harapan recovery dan banjir cash di pasar efek stimulus. Yield AS naik, outlook AS rate masih stuck, maka gold akan cenderung tertahan bahkan tertekan,” kata Wahyu kepada Bisnis, Minggu 21 Februari 2021.
Pasalnya, di tengah kenaikan yield US Treasury, Wahyu menilai komoditas yang akan jadi buruan investor adalah komoditas yang dapat dikonsumsi, dipakai, atau dijadikan bahan baku karena harganya akan naik.
Tercatat, yield atau imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,34 persen. Adapun suku bunga The Fed saat ini masih dipertahankan di level 0,25 persen.