Pada akhir Januari 2021, Kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengklaim bahwa Tesla akan segera menandatangani kontrak investasi di Indonesia pada 2021. Namun, dia tidak secara gamblang menyebutkan kapan hal itu terealisasi.
Bahlil meyakini bahwa BASF dan Tesla akan mengikuti jejak dua perusahaan lain yang telah berkomitmen menanamkan modal, yakni Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) asal Cina dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan.
Yang teranyar adalah rencana Tesla berinvestasi di pengembangan energy storage system (ESS). Kabar itu disampaikan oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati yang memaparkan bahwa Tesla justru ingin mengembangkan ESS alias sistem penyimpanan energi.
“Tesla minat di energy storage, bukan di electric vehicle battery. Dia datang ke Indonesia lihat potensi menjaga keandalan suplai dari PLTS adalah ESS ini pasar besar,” ujar Nicke, Selasa, 9 Februari 2021.
Pernyataan Nicke ini sejalan dengan yang disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto sebelumnya. Hario menyatakan, Tesla bakal berdiskusi dengan sejumlah BUMN untuk membahas rencana investasinya termasuk dalam ESS.
Dia mengungkapkan bahwa Tesla akan mendiskusikan terkait dengan rencana investasinya dalam pembangunan pabrik ESS dan baterai litium. ESS tersebut akan digunakan Tesla sebagai pembangkit peaker yang bekerja untuk membantu pembangkit-pembangkit listrik saat konsumsi dalam fase puncak.
BISNIS
Baca: Alasan Elon Musk Sebut Bitcoin Sedikit Lebih Baik dari Uang Tunai