“Ini masih on going dan kami juga kerja sama dengan BI (Bank Indonesia), OJK (Otoritas Jasa Keuangan), dan Bank Jateng,” katanya.
Ganjar memaparkan saat ini terdapat 6-7 juta UMKM di Jawa Tengah. Dari jumlah itu, sebanyak 625 ribu pelaku usaha terdampak pandemi Covid-19. Berdasarkan data pemerintah setempat, pandemi membuat omzet total UMKM dari semula Rp 13,08 triliun anjlok menjadi Rp 8,8 triliun.
Sedangkan aset UMKM mengalami penurunan dari Rp 9,1 triliun menjadi Rp 5,7 triliun. Penurunan omzet dan aset UMKM membuat tenaga kerja berkurang. Jumlah tenaga kerja di sektor UMKM kini tinggal 1,2 juta dari semula 1,8 juta. Dengan demikian, terjadi penurunan tenaga kerja sebanyak 622 ribu.
Bagi pelaku usaha yang masih bertahan, Ganjar mengungkapkan umumnya mereka menghadapi tantangan berat di masa pandemi, yakni masalah pemasaran. Sebanyak 51 persen UMKM mengaku kesulitan memasarkan produknya karena kehilangan kesempatan untuk promosi lewat agenda-agenda luring atau offline, seperti pameran. Di sisi lain, kemampuan adaptasi pelaku usaha memanfaatkan teknologi dinilai masih rendah.
Ganjar berharap dengan metode promosi lewat media sosial pribadinya, pelaku UMKM terdorong untuk beralih ke pemasaran digital. “Ini mengubah paradigma pedagang untuk mau pindah karena sekarang (promosi) konvensional tidak bisa,” ujarnya.
BACA: Ganjar Dukung Vaksin Nusantara yang Salah Satu Penggagasnya Terawan
FRANCISCA CHRISTY ROSANA