TEMPO.CO, Jakarta - Produsen pesawat Eropa Airbus menderita kerugian 1,1 miliar euro setara dengan Rp1,9 triliun tahun lalu karena dampak pandemi.
CEO Airbus Guillaume Faury mengakui bahwa kinerja perusahaan tahun lalu jauh dari ekspektasi dan Airbus harus terus beradaptasi saat maskapai penerbangan melarang penerbangan karena pembatasan perjalanan.
Pada Juni tahun lalu, Airbus mengumumkan pemangkasan 15.000 pekerjaan di Prancis dan Jerman. “Krisis belum berakhir. Sepertinya akan terus menjadi kenyataan kami sepanjang tahun. Maskapai akan terus menderita dan membakar uang tunai," ujanya seperti dikutip Bisnis.com, Jumat 19 Februari 2021.
Tahun ini Airbus berharap dapat mengirimkan ratusan pesawat meskipun belum ada kepastian waktu masyarakat berpergian secara massal.
Airbus tidak mengharapkan industri pulih ke tingkat prapandemi hingga 2023—2025. Jika itu terjadi, Airbus memperkirakan masalah lingkungan akan semakin penting bagi penumpang karena itu maskapai akan meningkatkan investasi dalam pesawat hidrogen dan emisi yang lebih rendah.
Penjualan Airbus turun menjadi 49,9 miliar euro dari 70 miliar euro tahun sebelumnya. Maskapai juga melaporkan kerugian pada 2019 karena penyelesaian korupsi multinasional yang besar.