Terlepas dari laporan ekonomi yang positif, imbal hasil obligasi AS membalikkan kenaikan mereka baru-baru ini karena berkurangnya tekanan jual. Imbal hasil obligasi 10-tahun terakhir terkupas kembali ke 1,2939 persen setelah naik ke setinggi 1,333 persen pada hari sebelumnya.
Indeks dolar, ukuran kekuatan mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, terus pulih dari level terendah tiga minggu pada Jumat (12/2/2021), dan terakhir 0,25 persen lebih tinggi pada 90,933.
"Pergerakan harga ini benar-benar dimulai kemarin, dan hari ini kami melihat tindak lanjutnya," tambah Chandler. “Masih banyak orang yang masih bearish pada dolar tetapi arah kenaikan ini memiliki sedikit pergerakan lebih.”
Yen, yang sensitif terhadap imbal hasil AS, melonjak ke level 106,21 per dolar AS dalam perdagangan Asia, tertinggi sejak September, sebelum turun ke 105,88.
Euro tergelincir 0,6 persen menjadi US$ 1,20. Suasana positif pada prospek ekonomi mendukung mata uang yang sensitif terhadap risiko.
Pound Inggris turun 0,3 persen menjadi US$ 1,39, setelah mencapai level tertinggi sejak April 2018 pada Selasa (16/2/2021). Dolar Australia turun 0,05 persen menjadi US$ 0,78.
Kemarin, Bitcoin melejit dan menyentuh level tertinggi sepanjang masa di US$ 50.602 atau sekitar Rp 706 juta (asumsi kurs Rp 13.945 per dolar AS).
ANTARA
Baca juga: Terkini: Lewati Level Psikologis, Bitcoin Meroket Capai Rekor Rp 706 Juta