Pelatihan untuk penguatan ekonomi dan pengelolaan uang agar tidak konsumtif ini, sudah dilakukan beberapa kali. Terutama di Desa Wadung, Desa Sumurgeneng dan Desa Kaliuntu, yang tanah warganya dibebaskan untuk proyek kilang. Misalnya, setelah terima uang miliaran, sebaiknya dibelikan tanah lagi, untuk usaha, pertanian. Intinya agar tidak cepat habis dan bisa ditinggalkan ke anak cucu di masa depan. “Sudah berkali-kali kita sosialisasi,” kata Camat Jenu ini.
Adapun warga Sumurgeneng, Wastono, menerima ganti untung dari pemerintah di tanah warisan kakeknya seluas 4 hektare dari total 7 hektare, segera cair. “Kita tengah menunggu pencairan,” ujarnya.
Ayah satu anak ini mengakui, bahwa setelah nanti dapat ganti pembebasan lahan, uang yang diterima akan digunakan sesuai kebutuhan. Seperti beli tanah, daftar haji, bikin usaha. Kalau pun terpaksa beli mobil, dipilih yang sederhana. Dia sudah membeli mobil Mitsubishi Xpander seharga Rp 301 juta.
Menurut Nahol, untuk sekarang ini, dia lebih memilih untuk melanjutkan usaha orang tuanya. Yaitu mengelola sisa tanah seluas 3 hektare untuk pertanian. Seperti tanaman jagung, padi dan kacang tanah. Tanah seluas itu, dikelola bersama satu adik perempuan. Dia terus berupaya agar pola hidup warga desa yang sederhana terus dipertahankan.
Nahol berharap nanti ketika proyek kilang minyak Pertamina-Rosneft mulai beroperasi agar warga di Desa Sumurgeneng dan sekitarnya di Tuban diberdayakan. Proyek itu tidak mengambil tenaga kerja dari luar desa di Kecamatan Jenu. Karena, kalau itu terjadi maka Pertamina mengingkari kesepakatan dengan warga. ”Memberdayakan warga disini penting. Apalagi warga disini sebagian besar petani,” katanya.
SUJATMIKO
Baca juga: Cerita Warga Tuban yang Bakal Terima Ganti Untung Rp 25 M Diejek Tetangga