TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi memperkirakan sumbangan devisa dari para pelaut Indonesia mencapai Rp 151,2 triliun per tahun.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Basilio Dias Araujo, berujar angka tersebut diperoleh dengan estimasi rata-rata penerimaan pelaut US$ 750 per bulan. Adapun jumlah pelaut Indonesia diperkirakan sebanyak 1,2 juta orang dan kurs Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat.
"Kami membuat hitungan, berdasarkan data Kemenhub, di mana pelaut kita tercatat sekitar 1,2 juta orang. Dan kebetulan para pelaut kita, terutama pelaut kapal niaga gajinya di atas US$ 500, bahkan sampai US$ 3.000-5.000. Kalau kita melihat para pelaut rating itu pendapatannya sekitar US$ 750," ujar Basilio dalam konferensi video, Rabu, 17 Februari 2021.
Baca Juga: Bank Indonesia Rilis Aturan Tentang Devisa Hasil Ekspor, Berlaku 1 Januari 2021
Karena itu, Basilio mengatakan Kemenko Kemaritiman dan Investasi memberikan perhatian khusus kepada para pekerja di sektor maritim tersebut. Apalagi, berdasarkan data Global Supply and Demand for Seafearers, ICS, Basilio mengtakan Indonesia menjadi negara ketiga terbesar pemasok pelaut di dunia.
Untuk keseluruhan jumlah pelaut kapal niaga, Indonesia menempati posisi ketiga setelah Cina dan Filipina. Rinciannya, pada posisi officer, Indonesia menempati peringkat keempat dunia. Sedangkan pada posisi rating, Indonesia menduduki posisi ketiga.
Sementara untuk sektor perikanan, kata Basilio, ILO mencatat Indonesia sebagai pemasok pekerja terbesar di dunia. Itu dilihat baik dari jumlah pekerja perikanan yang bekerja di laut bebas maupun di dalam negeri.
Ke depannya, Basilio mengatakan ada potensi lain yang bisa digali untuk mendatangkan devisa besar bagi negara. Misalnya permintaan pekerja perikanan yang khusus di Laut Pasifik saja mencapai 200 ribu pelaut.
"Nah kalau angka 200.000 pelaut ini kita gabung dengan pelaut ratings dan perwira, dan katakanlah yang ratings 150.000, perwira 50.000, lalu gajinya kita kasih rata-rata misalnya untuk ratings Rp 7 juta, dan perwira Rp 21 juta, dikalikan 12 bulan, maka kita akan temukan angka Rp 25,2 triliun," ujar Basilio.
Angka tersebut, menurutnya, baru memperhitungkan satu wilayah laut saja dari seluruh laut di dunia. "Dengan demikian, dengan proyeksi seperti ini negara bisa mendapatkan (devisa) Rp 25,2 triliun dari sektor pelaut saja, maka kami kira tidak ada salahnya bagi Kemenko Maritim untuk memberikan perhatian khusus."