Pembangunan Bendungan Tukul dimulai sejak 2015 sampai 2020, dan menelan biaya APBN murni sebesar Rp 934,8 miliar.
“Bendungan Tukul menjadi salah satu dari enam bendungan di Jatim yang menjadi proyek strategis nasional yang dicanangkan pemerintah,” kata mantan Menteri Sosial tersebut.
Keberadaan Bendungan Tukul, kata Khofifah, akan mendukung upaya Jawa Timur untuk terus menjadi provinsi yang konsisten berkontribusi tinggi di bidang pertanian secara nasional.
Berdasarkan catatan di Biro Administrasi Pimpinan Setdaprov Jatim, mengacu data BPS pada 2020, produksi padi di Jawa Timur tertinggi di Indonesia, yakni dengan kontribusi terhadap nasional sebesar 18,17 persen.
Kemudian, produksi gabah kering giling Jatim sebesar 10,02 juta ton atau setara dengan 5,65 juta ton beras.
Lalu, produksi jagung Jatim tertinggi di tingkat nasional sebanyak 6,6 juta ton, dengan kontribusi terhadap nasional mencapai 21,8 persen.
”Hal yang tidak kalah membanggakan adalah di saat nilai tukar petani (NTP) di daerah lain mengalami kontraksi, di Jatim tidak terjadi. NTP Jatim masih tumbuh sebesar 0,26 persen,” tutur Khofifah. Bendungan Tukul diharapkan Khofifah mendukung upaya Jawa Timur berkontribusi untuk pertanian nasional.
ANTARA
Baca juga: Resmikan Bendungan Tukul, Jokowi Berharap Produksi Pertanian Meningkat