TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami kesulitan negosiasi dengan perusahaan lessor, Nordic Aviation Capital (NAC), terkait penyelesaian kontrak dini atau early termination pemakaian pesawat Bombardier CRJ 1000. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan perusahaannya telah menghentikan sepihak operasional pesawat pabrikan Montreal itu karena permintaannya tak digubris.
Garuda Indonesia pun siap maju ke pengadilan untuk menyelesaikan masalah seumpama tak ada titik temu. “Saya putuskan sepihak, see you in court (sampai bertemu di pengadilan),” tutur Irfan saat ditemui Tempo di kantor Garuda Indonesia Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu, 10 Februari 2021.
Garuda melakukan perjanjian kontrak dengan NAC untuk 12 pesawat Bombardier dengan skema operating lease. Keinginan Garuda menghentikan operasi Bombardier berhubungan dengan langkah efisiensi perusahaan selama pandemi Covid-19. Irfan mengatakan perusahaan menghadapi kerugian hingga US$ 30 juta per tahun sejak pesawat beroperasi pada 2012.
Kerugian berasal dari beban operasional yang dikeluarkan lebih besar ketimbang ongkos sewa pesawat. Berdasarkan kontrak tersebut, Garuda harus membayar beban sewa US$ 27 juta dolar per tahun.
Negosiasi Garuda dengan NAC untuk menyudahi kontrak sewa pesawat tidak menemui titik temu karena lessor menetapkan nilai terminasi yang terlalu besar. NAC, kata Irfan, mensyaratkan biaya denda atas pengembalian pesawat dengan nilai yang lebih tinggi dari perhitungan sisa kontrak.
“Kami minta negosiasi dengan harga yang lebih rendah dari itu, karena harga ini yang enggak ketemu. Tapi permintaan mereka (NAC) enggak masuk akal, bukannya turun malah naik,” kata Irfan tanpa menyebut besaran nilai denda yang diminta lessor.
Adapun Garuda telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada pihak NAC pada Januari terkait dengan keputusan final untuk menyetop operasi seluruh pesawat yang disewa dari perusahaan lessor tersebut. Seandainya NAC menyetujui terminasi atau penghentian kontrak dini, manajemen dapat menghemat biaya operasi hingga US$ 220 juta. Penghematan dihitung sampai akhir masa kontrak.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS
Baca: Bos Garuda: Pemakaian Bombardier Bikin Perusahaan Rugi USD 30 Juta per Tahun