TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Hery Gunardi bank syariah memiliki daya tahan kuat terhadap krisis dampak pandemi Covid-19. Hal ini dibuktikan pada 2020 ini, aset perbankan syariah tumbuh double digit atau 13,36 persen yoy, pertumbuhan kredit juga meningkat 9,16 persen dan Dana Pihak Ketiga meningkat 13,52 persen.
"Dalam kondisi menantang ini, kami melihat bank syariah memiliki potensi untuk tumbuh dan memang bank syariah cukup memiliki daya tahan yang kuat terhadap krisis," kata Hery dalam diskusi virtual, Rabu, 10 Februari 2021.
Baca Juga: Bank Syariah Indonesia Resmi Beroperasi, Begini Respons Bos BCA Syariah
Karena itu, kata dia, sangat mungkin untuk menumbuhkan perbankan syariah di Indonesia. Bank Syariah Indonesia, kata dia, akan memiliki daya saing global. Dia menuturkan total aset BSI nomor tujuh di Indonesia.
"Dan kami punya mimpi dapat menduduki posisi sepuluh besar perbankan syariah global berdasarkan market capitalization," ujarnya.
Saat ini kata dia, total aset BSI mencapai Rp 240 triliun, DPK Rp 209,90 triliun, dan modal Rp 21,74 triliun. Market Capitalization pada 9 Februari 2021, kata dia, lalu mencapai Rp 117 triliun.
Menurutnya, BSI akan fokus pada segmen UMKM dengan cara menghubungkan dalam ekosistem yang terintegrasi. BSI juga akan melayani segmen retail dengan pelayanan syariah menggunakan ekosistem digital.
Selain itu, perseroan juga akan berupaya menarik investor asing untuk mengakses pasar domestik. "Kami juga akan melongok pasar di internasional mengenai sukuk global. Bank Syariah Indonesia nanti bisa berperan mendorong pertumbuhan sukuk untuk menarik investor global membeli dan menjadi bagian investor sukuk global," ujarnya.