TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir akan melakukan pemetaan dan evaluasi terhadap pesawat-pesawat milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Langkah ini merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan perusahaan maskapai pelat merah dari beban keuangan di masa pandemi Covid-19.
“Banyak penerbangan dunia sekarang sangat bermasalah. Itu kenapa kami dari kementerian kami sangat memikirkan tanggung jawab kepada publik, salah satunya me-review penyewaan pesawat yang terlalu mahal dan ada kasus hukumnya,” ujar Erick Thohir dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Rabu, 10 Februari 2021.
Salah satu jenis pesawat yang kini tengah dievaluasi adalah Bombardier CRJ 1000 berkapasitas 96 penumpang. Garuda kini memiliki 18 pesawat yang disewa dari lessor Nordic Aviation Capital (NAC) dan Export Development Canada (EDC) masing-masing 12 unit dan enam unit.
Erick memastikan Garuda akan mengembalikan 12 pesawat yang disewa dari NAC. Meski masih dalam tahap negosiasi percepatan penyelesaian kontrak, manajemen telah menghentikan operasi pesawat Bombardier dan mengandangkannya di hanggar GMF di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dengan EDC, Garuda pun sedang melakukan pembicaraan terkait kontrak sewa pesawat.
Menurut Erick, jenis pesawat yang terlalu beragam dengan merk serta mesin yang berlainan justru akan meningkatkan ongkos perawatan. Selain mengevaluasi pesawat, Erick akan meninjau ulang kontrak-kontrak kerja sama dengan lessor yang ditengarai merugikan.