Garuda dikabarkan telah menyudahi operasi 12 pesawat Bombardier CRJ 1000 sejak 1 Februari 2021. Upaya ini sejalan dengan langkah perusahaan melakukan evaluasi untuk mengurangi beban keuangan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan evaluasi terhadap sewa pesawat pabrikan Montreal, Kanada, tersebut masih tahap finalisasi. “Sabar ya, lagi finalisasi,” ujar dia saat dihubungi Tempo pada Selasa, 9 Februari 2021.
Garuda kini memiliki 18 pesawat Bombardier. Menurut kerja samanya, 18 armada itu kini disewa dengan dua skema yang berbeda. Sebanyak 12 armada disewa menggunakan skema operating lease dari lessor Nordic Aviation Capital dengan masa sewa hingga 2027. Sedangkan enam armada lainnya menggunakan skema financial lease dengan penyedia financial lease Export Development Canada. Masa sewa pesawat itu sampai 2024.
Berdasarkan dokumen yang diterima Tempo, rencana pemberhentian pesawat Bombardier pun telah melalui serangkaian proses penilaian atau assessment dan pertimbangan yang matang bersama stakeholder terkait. Perusahaan pelat merah juga telah melakukan negosiasi dengan lessor sejak awal 2020 dan pembicaraan itu melibatkan pejabat tinggi di masing-masing entitas.
Dari hasil negosiasi, terdapat sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi Garuda. Salah satunya melakukan pembayaran early termination fee dan pemenuhan kondisi redelivery pesawat secara teknis.
Hingga berita ini ditayangkan, saham Garuda Indonesia tercatat turun 2 poin atau 0,58 persen menjadi Rp 340 dari posisi pembukaan perdagangan Rp 342. Pada saat IPO pada Februari 2011, harga saham GIAA ini ditawarkan di level Rp 750 per lembarnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS
Baca: Kata Bos Garuda Soal Kabar 12 Pesawat Bombardier Setop Operasi Sejak 1 Februari