TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Emma Sri Martini mengatakan perseroan membukukan laba sekitar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun. Dia mengatakan terjadi peningkatan kinerja keuangan, karena pada semester I 2020, Pertamina membukukan rugi Rp 11 triliun.
"Alhamdulillah di posisi Desember ini, kita secara in house closing unaudited posisi membukukan laba sekitar US$ 1 miliar sekitar Rp 14 triliun," kata Emma dalam rapat dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 9 Februari 2021.
Dia berharap angka itu bisa meningkat karena audit masih belum selesai, baik audit oleh kantor akuntan publik (KAP) ataupun dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dia bersyukur bisa mencatatkan laba di masa pandemi, di mana perusahaan lain seperti British Petroleum BP membukukan rugi Rp 80 triliun, dan Exxon rugi ratusan triliun.
"Alhamdulillah kami dengan berbagai upaya sudah bisa menekan kerugian bahkan membukukan positif di akhir 2020," ujarnya.
Kendati begitu, Emma mohon mohon maaf kepada Komisi VII DPR karena belum bisa menyampaikan kinerja keuangan itu secara detail tertulis. Hal itu disebabkan Pertamina masih terikat baru melakukan issue global bond pada pekan lalu. Saat ini, Pertamina masih dalam proses settlement.
"Jadi kami tidak boleh men-disclose tambahan informasi setelah posisi September 2020. Kemarin issue global bond menggunakan buku September kuartal III, jadi kuartal IV ini kami belum disclose lagi kepada investor, sehingga tidak bisa menyampaikan secara public terkait kinerja di akhir 2020," kata Direktur Keuangan Pertamina tersebut.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: Laba Pertamina di 2020 Capai Rp 14 T, Ahok Targetkan Tahun Ini Naik 2 Kali Lipat