“Perseroan tetap berkomitmen untuk menjadi pemimpin pasar dan mengembangkan bisnis dalam jangka panjang di Indonesia,” ujar Handrianus.
Efisiensi penutupan toko ini sudah dilakukan HERO sejak beberapa tahun terakhir. Pada 2019, HERO menutup beberapa toko Hero Supermarket untuk tujuan menjaga kelangsungan usaha di masa depan.
Di sisi lain, Handrianus menegaskan HERO akan memperkuat bisnis retail di sektor yang lain seperti toko kesehatan dan kecantikan lewat Guardian dan IKEA. Keduanya diklaim tetap membukukan kinerja yang baik bahkan pada masa pandemi sejak 2020.
Berdasarkan laporan keuangan per September 2020, HERO membukukan penurunan pendapatan 27,65 persen secara tahunan menjadi Rp 6,86 triliun.
Adapun, perseroan berusaha menekan beban yang tercermin dari penurunan beban pokok pendapatan 25,58 persen secara tahunan menjadi Rp 5,07 triliun dan beban usaha yang juga terkoreksi 20,29 persen secara tahunan menjadi Rp 2,29 triliun.
Tetapi, perseroan masih mencatatkan kenaikan signifikan dari pos beban keuangan dari hanya Rp 913 juta menjadi Rp 70,56 miliar, diikuti dengan penurunan penghasilan keuangan dari Rp 6,13 miliar menjadi Rp 937 juta.
Hal ini pada akhirnya menyebabkan kerugian Hero semakin membengkak dari rugi yang hanya sebesar Rp 6,68 miliar menjadi Rp 339,46 miliar pada 9 bulan tahun 2020.
BISNIS
Baca juga: Giant Margo City Depok Ditutup, Manajemen Hero Supermarket: Bukan Langkah Mudah