Oleh karena itu, BCA mampu mempertahankan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih di 2020, yakni naik 7,3 persen YoY menjadi Rp 54,5 triliun. Di sisi lain, pendapatan non-bunga menurun tipis 0,5 persen YoY, menjadi Rp20,2 triliun. Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp 74,8 triliun, atau meningkat hingga 5,1 persen YoY.
Beban operasional tercatat sebesar Rp 29,3 triliun, atau 3,1 persen lebih rendah dari tahun 2019, diakibatkan terhambatnya sebagian kegiatan operasional di saat pandemi. Oleh karena itu PPOP meningkat hingga 11,2 persen YoY menjadi Rp 45,4 triliun pada tahun 2020, sehingga dapat menjadi penyangga yang memadai untuk mengantisipasi kebutuhan biaya pencadangan.
BCA juga membukukan biaya pencadangan sebesar Rp11,6 triliun, atau naik 152,3 persen YoY. Meskipun terdapat berbagai tantangan di tahun 2020, rasio keuangan BCA tetap berada di posisi yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat sebesar 25,8 persen, lebih tinggi dari ketetapan regulator, dan loan to deposit ratio (LDR) tetap terjaga pada tingkat yang sehat yakni sebesar 65,8 persen.
“Segala tantangan di tahun 2020 telah membuktikan pentingnya fokus dan strategi perbankan untuk mengembangkan platform digital, yang mana secara khusus telah membuat BCA siap menghadapi kondisi yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19, termasuk dampaknya pada pembatasan sosial dan mobilitas," ujar Jahja.
Perbankan transaksi yang merupakan lini bisnis utama BCA, kata dia, justru memperoleh perhatian yang lebih besar dari nasabah dan pemangku kepentingan lainnya. BCA, kata dia, mempelajari wawasan baru serta mendapatkan pengalaman berharga untuk melayani nasabah dengan lebih baik lagi.
BACA: Sepanjang 2020, Laba BCA Syariah Tumbuh 11,17 Persen dan Aset 12,57 Persen
HENDARTYO HANGGI