Para ahli strategi pasar Citigroup yang dipimpin Dirk Willer menjelaskan, meski pendanaan euro baru-baru ini semakin populer, mata uang tunggal biasanya bergerak ke arah yang sama dengan nilai tukar emerging market sehingga mengurangi potensi keuntungan bagi investor.
"Sehubungan dengan 2021, kami yakin AS akan lebih berkembang daripada Eropa. Namun, masih tidak jelas bagi kami bahwa kondisinya akan sama untuk mata uang euro ikut turun dari mata uang emerging market yang memisahkan diri dari penurunan," kata Willer dikutip dari Bloomberg, Ahad, 7 Februari 2021.
Dirk menyebutkan, meski ekonomi AS cenderung tumbuh lebih cepat daripada Eropa, hal tersebut tidak cukup untuk membuat pelemahan dolar berhenti. Analisis dari tiga periode sebelumnya di AS ketika kinerja ekonomi yang lebih baik membuat nilai tukar AS cenderung melemah meskipun ekonomi AS rebound paling banyak.
Sementara itu, ekonom Bank of America Corp. Joseph Song dan Alexander Lin mengatakan data ekonomi terbaru di AS itu menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja belum kehilangan ketidakpastian. “Tapi sudah ada tanda-tanda bahwa hal baik akan segera datang,” tulis Song dan Lin dalam catatannya. Adapun saat dolar AS melemah saat rilis data tersebut, yield obligasi treasury AS bertenor 10 tahun menanjak hingga 1,18 persen sebelum akhirnya kembali menguat.
Bank Indonesia sebelumnya mengatakan bakal memperkuat kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR untuk meningkatkan kredibilitas pasar valas domestik dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah di Indonesia. Penguatan JISDOR tersebut akan berlaku efektif sejak tanggal 5 April 2021.
BISNIS
Baca: 6 Fakta Pasar Muamalah Depok yang Viral Serta Penggunaan Dirham dan Dinar