TEMPO.CO, Jakarta - Founder dan Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo atau Hary Tanoe menceritakan hasil kesepakatan antara perusahaannya dengan platform digital seperti Youtube, Facebook, dan TikTok. Kesepakatan ini terkait bagi hasil iklan yang berhak diperoleh MNC Group atas kontan mereka yang ditayangkan di ketiga platform tersebut.
Menurut Hary, perusahaan kini bisa memperoleh bagi hasil mencapai 55 persen dari ketiganya. "Saya tak tahu apakah berlaku sama dengan (perusahaan media) yang lain," kata Hary dalam acara Hari Pers Nasional di Jakarta, Senin, 8 Februari 2021.
Hasil kesepakatan ini disampaikan Hary di tengah kondisi distribusi iklan saat ini. Pada 2020, distribusi iklan terbesar masih dikuasai TV sebesar 72 persen. Lalu diikuti internet 20 persen, dan media cetak 7 persen.
Pada 2023, Hary memprediksi distribusi iklan di TV akan turun menjadi 68 persen. Media cetak juga turun jadi 6 persen. Sebaliknya, internet naik menjadi 24 persen.
Persoalan terjadi pada distribusi iklan di internet. Menurut Hary, 70-80 persen iklan berbasis internet di Tanah Air didominasi oleh perusahaan online asing. Di dalamnya termasuk YouTube milik Google, Facebook, hingga TikTok.
Sehingga, kata Hary, perusahaan media massa memang harus benar-benar migrasi ke platform online. Di sisi lain, perusahaan media dan penerbit didorong untuk membicarakan bagi hasil iklan ini dengan platform digital tersebut.
Tapi di MNC Group, kata Hary Tanoe, migrasi itu sudah lama dilakukan. Sehingga saat ini, Hary mencatat jumlah pelanggan alias subscriber akun media mereka di ketiga platform terus meningkat. Rinciannya yaitu 124 juta di YouTube, 44 juta di Facebook, dan 41,3 juta di TikTok.
Baca: Pengadilan Tinggi Singapura Setujui Konversi Utang Perusahaan Hary Tanoe 3,24 T